Yang Lain Masih Bobok, Andre Rosiade Sudah Bangun dan Berlari (Lagi)

  • Whatsapp

Yang Lain Masih Bobok, Andre Rosiade Sudah Bangun dan Berlari (Lagi)

 

Penulis : Fadel Muhammad

 

RASANYA tidak salah saya menuliskan judul tulisan ini tentang apa yang dilakukan oleh Andre Rosiade sejak pertama kali dilantik sebagai anggota DPR RI pada Oktober 2019 silam.

Andre mencatatkan diri dengan tinta emas perjalanan karirnya sebagai politisi yang dipercaya rakyat menduduki kursi wakil rakyat di DPR RI. Ia berbeda dari tiga belas wakil rakyat asal Sumbar lainnya yang lebih banyak asyik dan sibuk sendiri dengan diri mereka.

Sejauh ini, minggu pertama dilantik saja, Alumni SMA 2 Padang itu sudah berkunjung ke Wamena Papua guna mengurus nasib ribuan perantau Minang yang menjadi korban kerusuhan etnis di Papua. Andre adalah satu satunya anggota DPR RI asal Sumbar yang berangkat ke Papua, sementara rekannya sesama anggota Komisi VI, Nevi Irwan Prayitno memilih terbang ke USA bersama suami yang tak lain adalah Gubernur Sumbar.

Lalu saat banjir bandang melanda Nagari Maninjau dan Solok Selatan, pada November dan Desember silam, Andre juga berangkat dan mengkoordinasikan penyaluran bantuan dari berbagai BUMN bagi korban bencana alam di kedua daerah tersebut. Yang lain kemana? seperti yang disebutkan tadi, mereka masih sibuk sendiri.

Namun bukan tanpa halangan sama sekali. Langkah Andre tentu saja menuai pro dan kontra. Yang setuju, mereka mengelu elukan anak muda mantan Presiden BEM Trisakti itu sebagai wakil rakyat yang berbuat dan bekerja, namun yang tidak setuju juga banyak. Berbagai macam tuduhann mereka suarakan.

Lalu saat Andre bersuara soal Pansus Jiwasraya? ia kembali diserang. Sepertinya para pembuli itu perlu diberi tahu bahwa Andrelah anggota DPR yang pertama kali menyorakkan soal adanya ketidakberesan di perusahaan asuransi milik pemerintah tersebut.

Namun, sebagaimana kita saksikan saat ini, Andre harus berhadapan dengan rekannya sesama anggota DPR RI bahkan sesuku dengannya yaitu Tifatul Sembiring. Andre dan Tifatul terlibat twitwar yang berujung diblockirnya akun Twitter Andre oleh Tifatul. Hal itu membuktikan bahwa kelas dan level Tifatul masih kalah jauh dibanding Andre.

Dalam penilaian subyekif saya, Andre menang telak melawan Tifatul. Tif pernah menjadi Presiden Partai dan Menteri, sementara Andre hanya kelas Wakil Sekjend, dengan diblockirnya akun medsos Andre, membuktikan bahwa Tif kalah dan tidak kuat bersaing dengan politisi muda.

Pada Selasa lalu, di Sidang Paripurna DPR RI, Andre kembali bersuara. Ditengah wacana pemerintah melalui Kementria ESDM untuk mencabut subsidi harga gas 3 kg yang memantik reaksi penolakan dari masyarakat, hanya Andre (sekali lagi) hanya Andre yang menyuarakan penolakan itu di sidang paripurna. Ia tegas meminta pimpinan DPR untuk mendesak pemerintah (Presiden dan Menteri ESDM) untuk membatalkan rencana kenaikan harga gas itu karena berpotensi memberatkan bebas ekonomi masyarakat.

“Intinya, kepada pemerintah, setiap kebijakan yang akan diputuskan apalagi berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat itu harus benar benar diperhitungkan secara cermat. Pemerintah harus mewaspadai dan mengkaji dengan cermat rencana ini, karena kebijakan penarikan subsidi gas 3 kg tersebut akan berdampak luas bagi masyarakat,” begitu kalimat Andre saat itu.

Pertanyaannya, kemana Lima ratusan anggota DPR lain serta 13 (tiga belas) anggota DPR asal Sumbar lainnya di Gedung Senayan? Apakah mereka tahu bahwa rakyat menderita.

Gerindra memang menjadi bagian dari koalisi pemerintah, namun sikap kritis tidak akan menjadi sirna meski mereka hari ini sewarna dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo. Sejatinya itulah yang patut dicontoh. Menjadi bagian dari koalisi pemerintah tidak menghilangan sikap kritis apalagi terkait dengan hajat hidup rakyat.

Lalu kemana para pembuli Andre?, mereka masih sibuk mencari akal bagaimana mendegradasi Andre dimasa depan. Tanpa mereka sadari, Wakil Sekjend Partai Gerindra itu telah memberi mereka pelajaran berharga bagaimana seharusnya menjadi anggota DPR RI yang bekerja untuk rakyat di daerah pemilihan dan sidang serta rapat rapat kerja di DPR.

Andre memang memiliki banyak follower di media sosial, namun ia manfaatkan hal itu bukan untuk menyinyiri lawan politiknya, namun membungkam lawan politik dengan bukti bahwa menjadi anggota DPR itu bekerja di Gedung Senayan dan bermanfaat bagi masyarakat di Dapil dan hasilnya dilaporkan melalui media termasuk media sosial.

Andre pernah menuliskan di sebuah akun medsosnya, “Menjadi Politisi itu bekerja dan mengabdi kepada untuk rakyat, bukan menjadi politisi buzzer di media sosial,” sebuah kalimat yang menampar keras wajah politisi lain yang lebih banyak memanfaatkan jempol untuk bermedsos daripada berbakti lepada kepada masyarakat di sidang dewan dan daerah pemilihan.

Duh sakit…

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *