JAKARTA – Newshanter.com.Martini (50), salah satu warga Pasar Ikan, Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, hanya bisa pasrah melihat para personel Satpol PP menghancurkan rumah yang ditinggalinya sejak kecil. Ia pun kecewa dengan janji Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat mencalonkan diri pada Pilgub DKI Jakarta 2012. Saat itu, Martini menjelaskan, pasangan tersebut tidak akan menggusur kawasan Pasar Ikan. Bahkan, ia menjelaskan keduanya berjanji akan menata kawasan Pasar Ikan.
“Padahal dulu dia pernah janji. Jika begitu (berbohong), biar gusti Allah yang membalas,” serunya kepada Okezone, Senin (11/4/2016).Ia pun hanya pasrah saat melihat rumah yang ditinggalinya dirobohkan aparat gabungan.”Itu rumah saya yang cat warna kuning,” ucap perempuan yang sudah menempati rumah tersebut sejak zaman Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso. Sekadar diketahui, hari ini petugas gabungan melakukan penertiban terhadap kawasan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara. Ada empat lingkungan RT di RW 04 Kelurahan Penjaringan yang ditertibkan petugas.
Wanita emas :pengusuran Zaman Penjajah
Sementra itu ditengah kesibukan para Penanganan Prasarana Sarana Umum (PPSU) DKI Jakarta yang telah meluluhlantakan bangunan di kawasan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Timur, bakal calon Gubernur DKI Jakarta, Hasnaeni Moein sindir Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok) yang melakukan penggusuran layaknya seperti zaman penjajahan.
“Ini bukan zaman penjajah, jangan ada penyiksaan ke rakyat kecil. Rakyat cuma minta waktu dua bulan, gubernur ini gubernur tega,” katanya di Lokasi pengusuran.Oleh karenanya, politikus Partai Demokrat tersebut meminta agar Ahok lebih mengedepankan sisi kemanusiaan dalam menjalankan seluruh kebijakannya.
“Saya maunya dia datang, kemudian ngobrol sama warga langsung, tanyakan apa keperluannya, kan bisa dibicarakan, bukannya terjunkan langsung bawa aparat ke lokasi ya takut lah warga,” tutup perempuan yang akrab dipanggil ‘Wanita Emas’
jangan terus menerus menghabisi orang kecil
Sedangkan Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Muhamad Idrus pun mengkritik penggusuran di kawasan Pasar Ikan Luar Batang. Menurutnya, pemerintah harusnya memperhatikan warga pinggiran, bukan malah ‘menghabisi’ mereka karena mereka merupakan salah satu penopang ekonomi.
“Seharusnya pemerintah (Ahok) bisa memperhatikan kaum pinggiran. Jangan terus menerus menghabisi masyarakat lemah. Tidak usah menciptakan perbedaan antara orang berada dengan tidak punya. Apalagi ini mengusir orang-orang miskin dari Jakarta,” ujarnya, di Jakarta, Senin (11/4/2016).
idrus mengatakan, bukan hanya kawasan Kali Jodo, Kampung Pulo, Pasar Ikan, dan Luar Batang yang ilegal dalam mendirikan bangunan. Tetapi, kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Pluit yang tak lain tempat tinggal Ahok, serta kawasan reklamasi pantai Jakarta juga ilegal didirikan bangunan
Bedanya, sambung calon yang memiliki jargon Jakarta KEREN itu, kawasan Kali Jodo cs itu tak bisa mengubah lahan ilegal menjadi legal karena mereka merupakan orang miskin. Beda halnya dengan kawasan PIK, Pluit, dan lainnya yang dihuni orang menengah ke atas yang bisa mengubah ilegal menjadi legal.
“Pemrov DKI harus menghentikan penggusuran ini. Jika dilakukan secara massif dan terstruktur akan berdampak hilangnya sumber pendapatan mengakibatkan menurunnya daya beli dan dampak lainnya akan terjadi inflasi pada saudara kita di bawah garis kemiskinan,” ujar pria berusia 38 tahun itu.
Ketua MPR TNI Tidak Tepat Untuk Berhadapan Dengan Rakyat Sendiri
Dengan adanya pengerahan prajurit TNI ini mengusik Ketua MPR RI Zulkifli Hasan. Menurutnya, TNI tak tepat jika harus berhadapan dengan rakyat sendiri.
“Tidak sependapat kalau militer kita ikut cawe-cawe urusan Pasar Ikan, Jakarta Utara. Itu sangat mengusik hati, jadi tidak pada tempatnya kalau militer Indonesia disuruh berhadapan dengan rakyat sendiri, sangat tidak tepat,” kritik Zulkifli, di Padang, Senin (11/4/2016).
Bentrok Pembongkaran Bangunan Luar Batang
Ia mengatakan, TNI adalah tentara rakyat yang bertugas untuk melindungi kedaulatan bangsa dan negara. Pendekatan yang dilakukan adalah lewat cara persuasif, dialog, dan berprikemanuasiaan serta berprikeadilan.
“Itu kan rakyat kita juga, masyarakat kita juga. Tadi saya sepintas (baca berita) lihat ibu-ibu sampai disemprot gas air mata. Sangat tidak tepat. Itu ibu-ibu, bagaimana,” kesalnya.
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut melanjutkan, saat ini bukanlah zaman yang mengedepankan tindakan represif. Tindakan keras aparat hanya akan meruntuhkan kedaulatan rakyat.
“Saya tidak setuju kalau menggunakan cara-cara represif apalagi TNI, bukan itu tugasnya,” sebutnya.
Pengusuran Pasar Ikan Lebih Parah Dati Pada Zaman Orde Baru
Penggusuran yang diwarnai kericuhan ini dinilai lebih parah daripada praktik otoriterisme orde baru.”Ini lebih parah daripada orde baru,” kata pengamat politik Obsitar Sinaga dalam dialog Penggusuran Luar Batang di Breaking News iNews TV, Senin (11/4/2016).
Ia menilai, penggusuran dilakukan Pemprov DKI terkesan buru-buru, karena diyakini Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sendiri tidak melihat langsung kondisi warga yang digusur itu seperti apa.
“Mungkin, ini hanya sebuah hasil rapat, hasil rapat yang kemudian dianggap sebagai keputusan pemerintah daerah,” ujarnya.
Ratna Surapet ditangkap, 17 warga ditahan
Sementara itu Saat terjadi bentrokan antara warga Pasar Ikan dengan petugas keamanan, setidaknya 17 warga ditahan, termasuk aktivis sosial Ratna Sarumpaet.Hal itu seperti dituturkan saksi mata bernama Upi Yunita.
“Ada 17 orang yang ditahan. Saya diamankan di musala, Kak Ratna Sarumpaet di mobilnya. Kalau yang lain di mobil sekolah,” ucapnya kepada wartawan, di kawasan Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (11/4/2016).
Penangkapan tersebut, tambah Upi, karena dituduh sebagai provokator yang memancing kemarahan warga untuk melawan aparat. “Warga itu marah karena saya dan Kak Ratna ditahan, bukan karena provokasi,” sanggah dia heran atas tuduhan aparat.
Penangkapan tersebut bermula pada pukul 07:00 WIB. Ratna memberikan paparan yang isinya warga meminta penangguhan penggusuran. Saat proses dialog bersama warga dengan aparat tersebut, warga memasang barikade yang terdiri dari ibu-ibu.
“Warga Pasar Ikan keluar. Mereka menggelar salawat sambil kita berdialog dengan camat,” tambah dia.
Namun, kata Upi, sebelum dialog dimulai, Ratna justru langsung ditahan oleh empat petugas. “Sebelum dialog, Kak Ratna ditarik sama dua polwan sama provos,” katanya.Upi melanjutkan, dari 17 warga yang ditahan saat terjadi bentrokan, baru empat orang yang dibebaskan. Sedangkan Ratna masih ditahan.
Lebih lanjut, kata dia, akibat bentrokan tersebut,satu ibu mengalami pingsan akibat terinjak-injak akibat kerumunan massa.(BB/NHO)