Oleh : Mujiyati, SE, M.Si, M.Kes
Drg. Nur Adiba Hanum, M.Kes
Dosen Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Kesehatan Gigi
Dalam praktek, mahasiswa Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes Palembang, ada Mata Kuliah yang namanya Pengendalian Infeksi Silang. Praktik yang dilakukan adalah dengan sterilisasi kering dan perebusan. Praktek ini dilakukan di awal sebelum praktik berlangsung, dikarenakan sebelum praktik dimulai alat harus disterilkan terlebih dahulu oleh petugas sterilisasi yang saat itu sedang bertugas. Sedangkan setelah praktik, alat disteril kembali agar bakteri yang melekat dialat tersebut tidak menular kemana-mana. Infeksi adalah masalah kesehatan serius yang dihadapi banyak orang countrie (Khanghahi et al, 2013). Therapis Gigi adalah salah satu pekerjaan yang berisiko tertular penyakit menular yang dapat terjadi dari penularan melalui air liur, darah, atau peralatan yang terkontaminasi. Petugas ini bisa terinfeksi melalui kontak langsung dengan barang-barang yang belum didesinfeksi melalui luka atau lecet saat sedang bekerja, biasanya ini terjadi operator bekerja tidak menggunakan sarung tangan bahkan masker. Selain itu, petugas teknisi gigi yang biasa membuat gigi palsu, bisa juga terinfeksi melalui cetakan gigi karena berkontak langsung dengan mulut pasien, tang potong, burm aerosol dan lain-lain terkait bahan bahan yang digunakan. Klinik gigi maupun laboratorium gigi, harus dibuat seaman mungkin untuk menghindari infeksi silang dari jenis penyakit. Tindakan penghalang penyebaran bakteri dan virus antara lain dengan sesering mungkin mencuci tangan dengan sabun yang mengandung atiseptik yang berbasis alkohol sebelum bekerja. Tidak lupa, setiap petugas wajib menggunakan pelindung diri atau APD seperti baju hazmat, masker, kacamata, sarung tangan dan jas lab. Sarung tangan tidak boleh dipakai berulang, sekali pakai pekerjaan, harus dibuang dalam pembuangan yang tergolong limbah medis. Face shild merupakan pelindung mata jika terapis gigi sedang menggunakan bahan yang disemprot atau aeorosol. Kaca mata digunakan untuk menghindari cipratan saat mesin sedang memoles, dan memotong Jas laboratorium harus digunakan kapan saja selama proses fabrikasi di laboratorium dan diganti atau dicuci setiap hari dan tidak boleh digunakan di luar laboratorium. Ini mencegah penularan laboratorium terhadap lingkungan atau sebaliknya. Semua prosedur desinfeksi harus dilakukan di laboratorium oleh teknisi terlatih jika di desinfeksi status tidak diketahui.
Pengendalian Infeksi Silang dianggap menjadi perhatian yang sangat penting di laboratorium gigi sehingga teknisi gigi dapat menghindari infeksi silang. Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi silang pada Laboratorium gigi perlu dilakukan, mengingat Laboratorium gigi dapat menjadi sumber penularan penyakit menular yang berasal dari patogen oral dan mikroorganisme saluran pernapasan. Patogen mikroorganisme seperti virus hepatitis B, hepatitis C. virus, HIV / AIDS, virus herpes simpleks, sitomegalovirus, mycobacterium tuberculosis, stafilokokus, streptokokus dan virus serta bakteri lain. Laboratorium gigi menerima pekerjaan membuat restorasi gigi cekat, sebagian atau seluruhnya gigi palsu, peralatan ortodontik lepasan, atau perlengkapannya reparasi dari klinik. Dokter dapat mengirim file pesanan ke laboratorium gigi berupa kedokteran gigi impresi, model gigi atau gigi tiruan lepasan prostesis serta pelat ortodontik lepasan perangkat yang membutuhkan perbaikan. Jika materi memiliki belum didesinfeksi oleh dokter, mungkin mengandung mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan infeksi silang pada teknisi gigi yang menangani itu, serta dokter gigi dan pasien lainnya. Dokter gigi sebagai personel yang memberikan layanan kesehatan harus melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi
Mempersiapkan alat yang akan di steril
Pindahkan instrumen. Instrumen yang sudah digunakan harus dikumpulkan dan dipindahkan dari area tempat instrumen itu digunakan. Bawa instrumen ke area yang memang difungsikan sebagai tempat melakukan dekontaminasi, langkah ini akan membantu mengurangi kemungkinan kontaminasi pada area pribadi atau permukaan lain di ruang kerja. Instrumen harus dibungkus saat dipindahkan menggunakan kereta dorong khusus membawa alat yang akan disteril, wadah tertutup, atau kantong plastik. Hal ini berbeda dengan yang dilakukan di klinik akademik. Petugas operator membawa alat untuk disterilkan ke ruang streilisasi dan diterima oleh petugas steril. Setelah selesai disteril, petugas menyerahkan kembali alat ke operator untuk dipakai dan disteril kembali setelah digunakan.
Kenakan pakaian yang tepat. Sebelum menangani instrumen yang terkontaminasi, operator harus mengenakan pakaian yang tepat dan lengkap. Pekerja yang bertugas di area dekontaminasi harus mengenakan pakaian yang melindungi, pelindung wajah, sarung tangan plastik atau karet, dan penutup kepala atau penutup lainnya. Jika memungkinkan harus menggunakan kacamata, gunakan kacamata sebagai pelindung untuk mengantisipasi jika bahan yang digunakan terciprat.
Bersihkan diri. Sebelum memulai proses pembersihan instrumen, petugas harus dalam keadaan steril sehingga tidak memindahkan bakteri apa pun ke instrumen yang sudah steril. Petugas juga harus mengenakan pakaian steril saat mencuci instrumen.
Bersihkan instrumen segera setelah digunakan. Instrumen harus langsung dibersihkan setelah digunakan dan sebelum disterilkan. Perhatikan bahwa membersihkan instrumen tidak sama dengan mensterilkannya. Bersihkan kotoran dari instrumen dengan sikat plastik lembut dan detergen yang memang ditujukan untuk penggunaan medis. Gosoklah setiap instrumen dengan baik untuk menghilangkan semua residu materi misal : darah, nanah, dsb. yang menempel, seperti darah dan jaringan organik. Setelah disikat dibawah air mengalir, petugas harus menyemprot instrumen dengan air bertekanan tinggi untuk memastikan seluruh residu bisa terlepas. Langkah ini juga membantu membersihkan area yang tidak bisa dijangkau dengan sikat.
Bilas dan keringkan instrumen. Setelah membersihkan instrumen, lakukan pembilasan selama 30 detik. Kemudian letakkan instrumen di atas handuk bersih dan biarkan sampai benar-benar kering. Instrumen harus kering dan bebas deposit mineral karena zat seperti itu dapat menyebabkan kerusakan pada instrumen atau alat sterilisasi. Membersihkan instrumen tidak sama dengan mensterilkannya. Pencucian hanya menyiapkan instrumen untuk proses sterilisasi. Sterilisasi akan menghancurkan semua mikroorganisme pada permukaan instrumen sehingga mencegah infeksi. Berhati-hatilah saat membersihkan benda-benda tajam seperti gunting, pisau, dan instrumen tajam lainnya. Jika instrumen memang dirancang untuk digunakan sekali saja, untuk mencegah kontaminasi biasanya harus langsung dibuang dengan benar dan sebaiknya tidak mencoba mencuci dan menggunakannya kembali.
Sortir instrumen. Periksa setiap instrumen yang sedang disortir untuk memastikannya dalam kondisi bersih. Aturlah instrumen berdasarkan kegunaan dan peletakannya. Memastikan instrumen terorganisasi dengan baik sangat penting karena setiap alat memiliki fungsi tersendiri. Pastikan petugas mengetahui untuk apa instrumen akan digunakan selanjutnya sebelum mulai menyortirnya. Atur dan kemaslah instrumen untuk didistribusi sebelum melakukan proses sterilisasi menggunakan autoklaf.
Masukkan instrumen ke dalam kantong. Setelah menyortir, petugas harus menempatkan instrumen di dalam kantong steril yang bisa digunakan di dalam autoklaf. Petugas juga harus menggunakan kantong autoklaf khusus yang dirancang untuk menahan suhu tinggi di dalam autoklaf. Kantong ini memiliki sepotong pita uji yang akan berubah warna jika proses autoklaf berjalan efektif. Ambil tumpukan masing-masing instrumen yang telah disortir dan masukkan ke dalam kantong sebanyak yang dibutuhkan. Jangan memasukkan terlalu banyak instrumen ke satu kantong karena hal ini dapat menghambat proses sterilisasi. Proses autoklaf menggunakan kantong akan memudahkan petugas karena instrumen di dalam kantong dapat terlihat setelah proses selesai.
Pastikan instrumen yang terbuat dari logam berbeda, seperti baja tahan karat dan baja karbon, dipisahkan. Instrumen yang terbuat dari baja karbon harus dimasukkan ke kantong dan diletakkan di atas handuk yang bisa digunakan di dalam autoklaf dan tidak diletakkan secara langsung di atas baki yang terbuat dari baja tahan karat. Mencampurkan kedua logam akan mengakibatkan logam teroksidasi.
Diharapkan setelah mengikuti perkuliahan mata kuliah ini mahasiswa mempunyai kemampuan tentang konsep dan aplikasi pengendalian infeksi silang yang mungkin terjadi dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Pengendalian infeksi silang ini meliputi personal hygine petugas (perawat gigi), penggunaan alat pelindung diri baik untuk pasien maupun petugas , tindakan sterilisasi baik untuk alat-alat maupun bahan-bahan, desinfeksi dental unit dan perlengkapannya, serta ruangan klinik, dan juga pengolahan limbah medis di klinik gigi.
Walaupun pencegahan infeksi selalu dilakukan, banyaknya ancaman kontaminasi silang membutuhkan cara-cara yang baru dan lebih menyeluruh. Meskipun kuman dan virus telah ditemukan dalam saliva, bahaya paling besar dalam tindakan klinis adalah melalui darah yang terkontaminasi. Oleh karena itu apabila akan dilakukan tindakan klinis, maka perlindungan harus merupakan kesatuan dengan tindakan klinis tersebut. Harus dipikirkan bahwa semua pasien beresiko tinggi. Karena, pasien tidak menyadari bahwa mereka adalah karier, dan oleh karena itu infeksi silang merupakan ancaman.
Untuk petugas medis khususnya perawat gigi dimanapun berada, tetaplah waspada dengan ancama infeksi silang ini, karena selama kita masih berkontak dengan pasien cabut gigi, skaling, dan konservasi, maka selama itu juga kita akan bersentuhan dengan darah dan air liur maupun cipratan kumur-kumur pasien. Jaga Kesehatan dan salam sehat.