Brebes – Adalah H. Lukman (52), Kepala Desa (Kades) Pangebatan, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, yang menyatakan akan memperjuangkan program TMMD Reguler selanjutnya, yaitu 3 tahun ke depan yang akan hadir kembali ke wilayah Kabupaten Brebes.
Menurutnya, TMMD Reguler adalah TMMD besar karena sasaran pembangunannya selain infrastruktur/fisik, juga dilakukan pembangunan non fisik melalui penyuluhan, sosialisasi, dan pelatihan yang bervariasi, sesuai kebutuhan masyarakat setempat, yang mana jelas akan meningkatkan SDM masyarakat setempat dalam pengoptimalan SDA nya. Sementara di TMMD Sengkuyung atau TMMD kecil, hanya difokuskan pada fisik saja.
“Jadi memang benar-benar bahwa TMMD Reguler itu adalah pembangunan besar-besaran yang dilakukan Pemerintah bersama TNI, dengan melibatkan seluruh pihak terkait maupun Institusi Polri di wilayah,” ungkapnya.
Pemprov Jateng dan Mabes TNI, juga pasti menggelontorkan bantuan-bantuan sosial, dimana itu jelas ditunggu-tunggu rakyat kecil.
“TMMD Reguler juga anggarannya lebih besar karena Pemprov Jateng juga membantu melalui APBD fisik Provinsi. Jadi itulah yang membuat saya bertekad akan berupaya menghadirkan TMMD Reguler ke Pangebatan, yang merupakan tetangga langsung dari Desa Kalinusu, Kecamatan Bumiayu, sasaran TMMD Reguler 109 saat ini,” tandasnya.
Lukman juga menilai bahwa upaya Pemkab dan Kodim Brebes dalam memprioritaskan Desa Kalinusu sebagai sasaran TMMD Reguler kali ini sangatlah tepat, karena sasaran utama fisik TMMD Reguler adalah membuka jalan yang benar-benar baru untuk membuka salah satu dusunnya yang selama ini terisolir dengan desanya.
Jalan sepanjang 2,2 kilometer dengan lebar sampai 6 meter, yang sudah tembus dari Dusun Karanganyar ke Dusun Kedung Kandri, kini membuat 100 kepala keluarga di sana merdeka dari kata terisolasi. Mereka kini hanya 8-10 menit saja untuk sampai ke desanya dan ke Kota Bumiayu.
Ke depan anak-anak sekolah juga akan lebih termotivasi lagi untuk tamat sampai jenjang SLTA. Harga barang-barang kebutuhan pokok juga akan lebih murah karena tidak naik rakit dalam jumlah terbatas, karena banyak pasokan masuk lewat jalan TMMD itu (darat).
Ongkos angkut panen juga akan lebih murah lagi, dan tentunya harga tanah di sekitar jalan yang dibangun akan melonjak beberapa kali lipat.
“Berbeda dengan kondisi sebelumnya yang harus menyeberangi Kali Pemali dengan perahu dan membayar ongkos seribu rupiah per orang, Rp. 2 ribu per sepeda, dan Rp. 5 ribu untuk setiap sepeda motor, hanya untuk ke fasilitas pendidikan, kesehatan, dan ke pasar terdekat yang ada di wilayah kami,” imbuhnya.
Sementara jika ingin mendapatkan pelayanan Adminduk di Kantor Balai Desa Kalinusu, setelah menyeberang rakit, mereka harus melanjutkan perjalanan darat sejauh 8 kilometer dalam waktu 45 menit lebih, dengan melewati sejumlah desa di wilayah kecamatan tetangganya itu, kemudian ke wilayah Kecamatan Bumiayu, hingga akhirnya tiba ke kantor desanya.
Sedangkan jika Kali Pemali banjir selama beberapa hari, selama itu pula warga dusun tersebut juga tidak bisa kemana-mana.
“Untuk itu saya juga ikut senang atas kemerdekaan warga Dusun Kedung Kandri. Kini tinggal saya yang berjuang menghadirkannya untuk membangun desa kami,” pungkasnya. (Aan)