Analisis Peran Kader Posyandu Dalam Upaya Pemasaran Sosial Kesehatan Gigi dan Mulut

● Kelurahan Bukit Lama Kecamatan Ilir Barat I Palembang

Penulis : Mujiyati, SE.,M.Si.,M.Kes
Dosen Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Kesehatan Gigi

Dalam upaya meningkatkan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia dirasakan penting untuk dilakukan, mengingat masih tinggi indeks penyakit gigi dan mulut pada masyarakat Indonesia, sehingga dengan demikian segala upaya untuk meningkatkan kesehatan mulut dan gigi merupakan sebuah cara untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh lingkungan, kebiasaan dan sarana pelayanan kesehatan gigi, jika semuanya dapat diperbaiki dan ditingkatkan maka target kesehatan gigi dan mulut akan dapat tercapai dan kualitas hidup pun akan meningkat.

Saat ini, secara nyata gigi berlubang masih menjadi masalah besar bagi kesehatan gigi dan mulut anak Indonesia. Data Riskesdas 2018 menujukkan bahwa hanya 2,8% masyarakat berusia tiga tahun ke atas yang sudah memiliki perilaku menyikat gigi dua kali sehari, yaitu pagi dan malam. Hal ini yang antara lain menyebabkan 90,2% anak Indonesia berumur 5 tahun memiliki masalah gigi berlubang, dengan indeks dmf-t atau jumlah rata-rata kerusakan gigi sebesar 8,1. Di kelompok usia selanjutnya yaitu anak berusia 12 tahun, terlihat data yang agak membaik dimana 72% dari mereka mengalami masalah gigi berlubang dengan indeks DMF-T sebesar 1,9 (Kemenkes RI, 2018).

Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut dapat dilakukan dengan tindakan preventif dan kuratif. Upaya preventif atau pencegahan penyakit gigi dan mulut mendapat prioritas utama. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan mengemban misi untuk mendorong kemandirian masyarakat dalam hal hidup sehat melalui pemberdayaan masyarakat. Wujud nyata dari upaya pemberdayaan masyarakat adalah salah satunya hadirnya Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) (Pokjanal Posyandu, 2011).

Posyandu merupakan salah bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, yang menjadi milik masyarakat dan menyatu dalam kehidupan dan budaya masyarakat. Selama ini masih banyak kader Posyandu yang belum memiliki pemahaman dan keterampilan yang memadai dalam melaksanakan tugasnya. Kader Posyandu memiliki peran penting dalam upaya promotif, yaitu memberikan penyuluhan kepada pengunjung masyarakat Posyandu (Dep.Kes RI, 2000).

Pemasaran sosial adalah penggunaan teknik pemasaran untuk memperkenalkan atau mengadakan perubahan sosial. Seiring dengan perubahan kebijakan pembangunan kesehatan di Indonesia, pemasaran sosial (social marketing) telah banyak dipergunakan dalam berbagai keperluan program kesehatan, yang merupakan salah satu bentuk operasional dari komunikasi kesehatan. Pemasaran sosial mencoba untuk mengubah kebiasaan yang tidak positif manjadi positif. Oleh karena itu, keberhasilan dari sebuah pemasaran sosial terlihat apabila telah berubahnya pola kebiasaan di masyarakat tersebut. Kotler dan Keller (2016), menyatakan bahwa pemasaran sosial adalah suatu proses untuk membuat rancangan, implementasi dan pengawasan program yang bertujuan meningkatkan penerimaan gagasan sosial atau perilaku pada kelompok sasaran. Pemasaran dalam konteks promosi kesehatan adalah keterampilan manajemen dalam hal mengidentifikasi kesempatan–kesempatan untuk memenuhi permintaan konsumen atau klien sehingga memberikan perlindungan maksimal dan atau perbaikan dalam kesehatan mereka (Ewles dan Simnett, 2003; Janssen, Regenmortel, dan Abma, 2014).

Salah satu usaha pengaplikasian pemasaran sosial ke dalam konsep promosi kesehatan terutama dalam bidang kesehatan gigi dan mulut adalah melalui optimalisasi peran kader. Kader sebagai ujung tombak dalam pembangunan kesehatan diharapkan mampu menyampaikan informasi kesehatan yang dimilikinya kepada masyarakat, sehingga dapat merubah kebiasaan masyarakat yang negatif menjadi positif, seperti kebiasaan menyikat gigi, konsumsi makanan yang tepat untuk kesehatan gigi dan mulut, dan hal-hal positif lainnya yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut.

Data karies yang diperoleh dari Dinkes Kota Palembang, sampai dengan Maret tahun 2013, penyakit karies gigi yang mengenai sampai jaringan periapikal masih masuk dalam 10 penyakit terbesar di Kota Palembang. Data karies gigi perbulan jenis kelamin laki-laki sebanyak 2576 orang, perempuan 4036 orang, Total penderita karies perbulan 6612 orang. Berdasarkan Rencana Induk Penelitian Jurusan Keperawatan Gigi dengan pengukuran resiko karies pada anak sekolah dasar di Kota Palembang selama 3 tahun berturut diketehui resiko karies anak sebesar 65% termasuk kategori tinggi dengan DMF-T 1,2 (1-2 gigi yang mengalami karies).

Dengan banyaknya masalah kesehatan gigi dan mulut yang ditunjukkan dengan masih tingginya angka kejadian karies, terutama di wilayah Kelurahan Bukit Lama Kecamatan Ilir Barat IB I Palembang, maka perlu dilakukannya pemasaran sosial berkaitan dengan pendidikan kesehatan gigi dan mulut. Kader sangat berperan penting terhadap pengetahuan gigi dan mulut dalam masyarakat, karena ditinjau kembali ke dalam fungsi kader itu sendiri adalah sebagai ujung tombak kesehatan masyarakat.

Keterampilan kader merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam sistem pelayanan di Posyandu. Menurut Widiastuti (2007), bahwa untuk meningkatkan kemandirian kader, perlu dilakukan pelatihan, pembekalan kader tentang kegiatan Posyandu dan perlunya jadwal yang teratur dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu. Kader perlu dijelaskan tentang fungsi Posyandu dan manfaat Posyandu bagi kader dan masyarakat yang memanfaatkan kegiatan Posyandu tersebut.

Secara umum kader Posyandu mempunyai tiga peran (role), yaitu 1) sebagai pelaksana, 2) sebagai pengelola dan 3) sekaligus dapat berperan sebagai pengguna (Falen dan Budi, 2010). Adapun tugas kader sebagai pelaksana Posyandu, yaitu ;1) melaksanakan pelayanan kegiatan bulanan posyandu dari meja 1 (satu) sampai dengan meja 5 (lima), 2) menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan Posyandu, baik langsung ketengah masyarakat atau melalui tokoh masyarakat, dan 3) membantu petugas kesehatan dalam pelayanan kesehatan termasuk penyuluhan kesehatan secara sederhana (Falen dan Budi, 2010). Sedangkan peran kader sebagai pengelola adalah melaksanakan kegiatan yang bersifat pengelolaan, yaitu 1) mengelola perencanaan kegiatan, pencatatan dan pelaporan, 2) mengelola pertemuan kader dan menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari Posyandu pada bulan berikutnya (Cahyo, 2010).

Peran kader sangat penting dalam setiap pelaksanaan kegiatan Posyandu, maka apabila peran kader Posyandu sebagai pelaksana maupun pengelola tidak berfungsi dengan baik akan sangat mempengaruhi kegiatan Posyandu yang dilaksanakan setiap bulannya. Keterampilan kader juga merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam sistem pelayanan di Posyandu, peran kader dalam pemasaran kesehatan gigi dan mulut khususnya kader.

Penelitian tahun 2020 oleh Mujiyati dan Tri Syahniati selaku Dosen Poltekkes Kemenkes Palembang, dilakukan pada Kader Posyandu yang ada di Kelurahan Bukit lama. Kader ini koordinator oleh Ibu Dewiana dengan jumlah kader aktif 10 orang.

Hasil penelitian yang terdiri dari 10 kader terpilih, Ketua Kader dan Kepala Puskesmas. Dalam hal ini Ketua kader dan Kepala Puskesmas merupakan informan kunci. Pertanyaan terdiri dari 4 pertanyaan dan mempunyai sub pertanyaan. Pertanyaan kesatu (P.1) Pengetahuan (P.2) Keaktifan Kader (P.3) Motivasi Kader (P4) Peran Kader.

Pengetahuan Kader
Hasil penelitian ini menunjukkan kader, ketua kader dan Pimpinan Puskesmas memahami maksud dari kader itu sendiri. Informasi yang diperoleh dari kader bahwa semua kader mengetahui definisi kader dan tugasnya dalam pelayanan di Posyandu. Hal ini sesuai dengan peryataan dari ketua kader maupun Pimpinan Puskesmas. Rata-rata kader menjawab bahwa kader merupakan organiasi yang dibina oleh suatu lembaga dalam hal ini adalah puskesmas, dan perpanjangan tangan pemerintah dibidang kesehatan.

Hampir semua kader memahami tentang bagaimana cara memelihara kesehatan gigi dan mulut walau tidak secara mendetail. Kader sebelumnya pernah mendapatkan penyuluhan tentang menjaga kesehatan gigi dan mulut melalui pengabmas mandiri oleh dosen Jurusan Kesehatan Gigi, oleh sebab itu ilmu tentang menjaga kesehatan gigi dan mulut ini merupakan bukan hal yang pertama di peroleh oleh kader.

Dari 10 kader, yang berpendidikan bervariasi yang terdiri dari SMP, SMA/SMK dan S1. Walaupun kader berpendidikan SMP lebih banyak namun masa menjadi kader sudah cukup lama, jadi pengetahuan kader sangat mumpuni. Hal ini terbukti dari jawaban kader mengenai kesehatan gigi, rata-rata kader menjawab hampir sama pemahamannya mengenai kesehatan gigi dan mulut secara baik.

Kegiatan Posyandu dapat berjalan lancar jika kadernya dapat berperan aktif. Kader yang ada pada Posyandu Bukit Indah Kelurahan Bukit Lama merupakan kader aktif dan kader pilihan. Dengan semangat yang sudah ada, kader ini selalu hadir setiap ada pertemuan, baik di Posyandu, Puskesmas, maupun di Kelurahan.

Semua kader berpendapat bahwa kader aktif adalah kader yang selalu hadir dalam kegiatan Posyandu, selalu memberi penyuluhan kepada warga. Pendapat lain kader aktif adalah kader yang selalu hadir dalam setiap kegiatan, dan selalu mengajak masyarakatnya untuk datang ke posyandu.

Hal ini sejalan dengan penelitian Arina Candra Profita (2017) menyatakan bahwa keatifan kader dalam kegiatan Posyandu berhubungan dengan semua faktor yang diteliti yaitu pengetahuan kader, pekerjaan, motivasi kader, dan dukungan penyelenggaraan posyandu. Kader yang tinggi persentase keatifannya merupakan kader dengan tingkat pengetahuan seputar Posyandu yang baik, memiliki motivasi yang tinggi dalam mendukung penyelenggaraan Posyandu.

Motivasi Kader
Hasil penelitian pada kader Posyandu Bukit Indah, sebagian kader menjawab motovasi menjadi kader karena kader ingin selalu bersilaturahmi kepada masyarakat atau anggota kader lainnya. Selain itu motivasi kader adalah ada insentif walau tidak seberapa jumlahnya. Tetapi, kader juga menginginkan sertifikat sebagai kader berprestasi, atau kader aktif. Kader dipilih dari dan oleh masyarakat, memiliki waktu untuk melaksanakan tugas sebagai kader disamping mencari nafkah untuk keluarga, mau bekerja secara sukarela dan diterima oleh masyarakat setempat.

Hasil penelitian Arina Candra Profita (2017) menunjukan terdapat hubungan antara motivasi dengan keaktifan kader. Selain itu diketahui bahwa motivasi berhubungan dengan perilaku kader untuk aktif hadir dikegiatan posyandu. Kader yang mempunyai motivasi yang tinggi akan aktif di kegiatan Posyandu. Tetapi kader yang tidak mempunyai motivasi cenderung tidak aktif karena kurang ada dorongan dari dalam diri mereka untuk aktif untuk memajukan Posyandu. Motivasi yang tinggi akan memajukan Posyandu.

Peran Kader
Kepala Puskesmas, pemegang program Posyandu, serta kader Posyandu Bukit Indah sepakat bahwa peran kader yang paling utama adalah melayani dan membantu masyarakat yang datang ke puskesmas atau posyandu, menyiapkan segala sesuatu untuk penyuluhan. Usaha yang dilakukan kader adalah menghimbau masyarakat untuk datang ke Posyandu. Kader terlebih dahulu sudah dibekali ilmu pengetahuan oleh pihak Puskesmas.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa kader sangat berperan sebagai roda kehidupan Posyandu. Kader mampu menggerakan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan Posyandu. Kader mempunyai peran yang sangat penting, tetapi kader juga punya harapan tentang kesehatan gigi dan mulut, yakni semoga masyarakat atau menyadari betapa pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Dan selain itu, supaya ilmu tentang menjaga kesehatan gigi dan mulut selalu bertambah, kader berharap pihak Puskesmas menambah waktu penyuluhan lebih intensif. Jika memungkinkan, ditambah dengan pemeriksaan gigi serta pengobatan gigi kepada masyarakat.

 

Kesimpulan
Kader rata-rata telah memahami pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut secara sederhana. Pembinaan terhadap kader diharapkan mampu mengoptimalkan kegiatan posyandu. Kader aktif selalu hadir dalam setiap kegiatan yang di adakan oleh pihak Dinas Kesehatan, Puskesmas dan Kelurahan serta aktif dalam memberikan penyuluhan Kader sangat termotivasi karena ada insentif, menambah wawasan dan selalu menjalin silaturahmi dengan masyarakat Peran kader sangat berpengaruh terhadap jalannya roda kegiatan posyandu di setiap kelurahan. Penyuluhan yang diberikan kader merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan maupun Puskesmas.

Saran
Pihak Dinas Kesehatan maupun Puskesmas sebaiknya lebih intensif dalam hal memberi pengatahuan kepada kader, agar kader tetap berwawasan luas mengenai kesehatan terutama kesehatan gigi dan mulut. Kader aktif lebih mendapat perhatian agar tetap selalu bertahan untuk menjalankan tugas. Agar lebih termotivasi, sebaik nya kader lebih diperhatikan soal insentif tiap bulan, dan pemberian sertifikat bukan hanya untuk yang berprestasi saja tetapi diberikan untuk kader teladan dan aktif.

Pos terkait